Manfat Rasa Takut Kepada Allah
Mengenal Allah akan membangun keimanan yang teguh. Sebaliknya, seseorang yang hatinya nihil dari rasa takut, tidak akan bisa diharapkan untuk membangun keimanan, apalagi kemauan untuk membela agama Allah. Bahwa rasa takut kepada Allah akan memunculkan kecintaan kepadaNya dan kitab suciNya, melahirkan pembelaan terhadap Allah dan RasulNya. Sebagaimana dia rela menerima tanggung jawab dari Allah untuk menyampaikan al-Qur’an. Konsekuensinya, manusia hanya akan menjalankan yang diperintahkan oleh Allah Swt. Dan dakwah yang ia sampaikan adalah dakwah jujur tanpa ada yang disembunyikan, dan tanpa ada yang ditakuti kecuali Allah Swt.
Hanyalah orang-orang yang sadar akan perlunya bekal untuk hari esok yang akan mau memperjuangkan agama Allah, memperjuangkan Syari’at Allah di tengahtengah masyarakat yang menganggap bahwa Al-Quran adalah pembawa malapetaka, sebagaimana anggapan orang-orang Quraish. Jadi, kalau masyarakat Islam menganggap bahwa Al-Quran hanyalah pembawa perpecahan, maka orang itu pada hakikatnya telah berkhianat kepada Islam. Karena Allah telah menyatakan bahwa Al-Quran ini datang bukan untuk membuat manusia celaka dan saling bermusuhan.
Anjuran mengajak semua manusia agar berkenan mengikuti jejak Rasulullah Saw adalah harapan yang mulia, tetapi Allah memperingatkan bahwa hal itu adalah suatu yang mustahil. Yang bisa diajak hanyalah orang-orang yang dalam hatinya masih ada rasa takut kepada Allah. Dengan demikian, hati Nabi Saw menjadi lega karena tidak ada target point menjadikan semua manusia memeluk Islam. Allah tidak menuntut Nabi Saw mengislamkan semua orang, karena hal itu bukan kewajiban beliau. Beliau hanyalah penyeru, bukan penentu Islam atau tidaknya seseorang.
Adapun orang-orang yang tidak punya rasa takut kepada Allah menjadi urusanNya. Dengan begitu Rasulullah Saw bisa mengangkat muka dalam menyampaikan dakwah Islam. Tidak adanya tanggung jawab kewajiban mengislamkan semua orang bagi Rasulullah Saw, juga berlaku bagi Kaum Muslim sekarang. Dengan demikian, Umat Islam tidak diperkenankan memaksa orang untuk harus beragama Islam dan tunduk kepada Allah.
Hal lain yang tersurat adalah Allah meyakinkan manusia bahwa al-Qur’an bukanlah buatan Muhammad, bukan pula buatan jin, dukun, apalagi para penyair. Tapi Allah lah yang menciptakan langit dan bumi. Ini jaminan Allah kepada Nabi Saw supaya beliau tidak ragu dan bimbang karena perlawanan manusia. Pemaksaan agar semua orang memeluk Islam tidak parlu dilakukan mengingat kekuasaan Allah yang begitu tinggi. Hal ini yang ditegaskan pada ayat yang keempat, “Dan Qur’an ini Muhammad, diturunkan dari Tuhan yang menciptakan bumi dan yang menciptakan langit yang tinggi”. Islam atau tidaknya seseorang, tidak berpengaruh terhadap kekuasaan Allah.
Adanya penegaskan jaminan dari Allah menimbulkan keyakinan kuat pada diri Rasulullah Saw bahwa beliau tak akan mungkin mampu dikalahkan oleh manusia. Karena manusia tidak mungkin dapat mengalahkan pencipta langit dan bumi. Itu berarti pula bahwa manusia juga tidak akan mungkin mengalahkan al-Qur’an. Inilah cermin terbesar bagi kaum Muslim, bahwa ketika mereka konsisten membawa Qur‘an, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu mengalahkan mereka.
Jaminan universal bagi kaum Muslim, ketika mereka menyampaikan al-Qur’an yang sebenarnya, adalah mereka tidak akan bisa berbuat macam-macam.
Urgensi rasa takut yang harus dimiliki oleh Kaum Muslim adalah lahirnya kewajiban menyampaikan adanya siksa neraka. Orang yang tidak mempunyai rasa takut tidak akan mungkin terketuk hatinya. Oleh karena itu, menyampaikan kepada setiap orang tentang neraka dan siksanya, wajib hukumnya. Karena hal itulah yang menjadi titik pangkal untuk membersihkan hati manusia. Ketakutan akan siksa neraka dan alam akhirat akan melahirkan kebersihan jiwa.
Namun kenyataannya, cerita tentang pedihnya siksa neraka cenderung disembunyikan oleh sebagian besar juru dakwah dengan alasan takut ditolak oleh masyarakat, dengan alasan tidak akan disukai oleh masyarakat. Padahal, memang pada dasarnya tidak ada orang yang suka mendengarkan hal-hal ngeri apalagi disiksa. Jangankan siksa akhirat, cerita tentang penjara di dunia saja, lengkap dengan penyiksaan, pemukulan dan lain sebagainya, sudah cukup membuat bergidik. Itulah watak manusia, apa yang tidak enak memang tidak akan disukai.
Tetapi jangan karena hal itu, ancaman neraka menjadi disembunyikan, sebab ketika dia sadar bahwa azab itu tidak enak, maka hal itulah yang menjadi titik tonggak munculnya rasa takut kepada Allah.
Jangan sampai terjadi perpecahan dengan alasan sama-sama menjalankan Al-Quran. Bila hal ini terjadi, berarti tuduhan orang-orang kafir Quraish benar adanya. Tapi bendera yang harus dikibarkan oleh Kaum Muslim adalah bendera yang dibawa oleh Rasulullah Saw, “wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamiin”.
Hanyalah orang-orang yang sadar akan perlunya bekal untuk hari esok yang akan mau memperjuangkan agama Allah, memperjuangkan Syari’at Allah di tengahtengah masyarakat yang menganggap bahwa Al-Quran adalah pembawa malapetaka, sebagaimana anggapan orang-orang Quraish. Jadi, kalau masyarakat Islam menganggap bahwa Al-Quran hanyalah pembawa perpecahan, maka orang itu pada hakikatnya telah berkhianat kepada Islam. Karena Allah telah menyatakan bahwa Al-Quran ini datang bukan untuk membuat manusia celaka dan saling bermusuhan.
Anjuran mengajak semua manusia agar berkenan mengikuti jejak Rasulullah Saw adalah harapan yang mulia, tetapi Allah memperingatkan bahwa hal itu adalah suatu yang mustahil. Yang bisa diajak hanyalah orang-orang yang dalam hatinya masih ada rasa takut kepada Allah. Dengan demikian, hati Nabi Saw menjadi lega karena tidak ada target point menjadikan semua manusia memeluk Islam. Allah tidak menuntut Nabi Saw mengislamkan semua orang, karena hal itu bukan kewajiban beliau. Beliau hanyalah penyeru, bukan penentu Islam atau tidaknya seseorang.
Adapun orang-orang yang tidak punya rasa takut kepada Allah menjadi urusanNya. Dengan begitu Rasulullah Saw bisa mengangkat muka dalam menyampaikan dakwah Islam. Tidak adanya tanggung jawab kewajiban mengislamkan semua orang bagi Rasulullah Saw, juga berlaku bagi Kaum Muslim sekarang. Dengan demikian, Umat Islam tidak diperkenankan memaksa orang untuk harus beragama Islam dan tunduk kepada Allah.
Hal lain yang tersurat adalah Allah meyakinkan manusia bahwa al-Qur’an bukanlah buatan Muhammad, bukan pula buatan jin, dukun, apalagi para penyair. Tapi Allah lah yang menciptakan langit dan bumi. Ini jaminan Allah kepada Nabi Saw supaya beliau tidak ragu dan bimbang karena perlawanan manusia. Pemaksaan agar semua orang memeluk Islam tidak parlu dilakukan mengingat kekuasaan Allah yang begitu tinggi. Hal ini yang ditegaskan pada ayat yang keempat, “Dan Qur’an ini Muhammad, diturunkan dari Tuhan yang menciptakan bumi dan yang menciptakan langit yang tinggi”. Islam atau tidaknya seseorang, tidak berpengaruh terhadap kekuasaan Allah.
Adanya penegaskan jaminan dari Allah menimbulkan keyakinan kuat pada diri Rasulullah Saw bahwa beliau tak akan mungkin mampu dikalahkan oleh manusia. Karena manusia tidak mungkin dapat mengalahkan pencipta langit dan bumi. Itu berarti pula bahwa manusia juga tidak akan mungkin mengalahkan al-Qur’an. Inilah cermin terbesar bagi kaum Muslim, bahwa ketika mereka konsisten membawa Qur‘an, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu mengalahkan mereka.
Jaminan universal bagi kaum Muslim, ketika mereka menyampaikan al-Qur’an yang sebenarnya, adalah mereka tidak akan bisa berbuat macam-macam.
Urgensi rasa takut yang harus dimiliki oleh Kaum Muslim adalah lahirnya kewajiban menyampaikan adanya siksa neraka. Orang yang tidak mempunyai rasa takut tidak akan mungkin terketuk hatinya. Oleh karena itu, menyampaikan kepada setiap orang tentang neraka dan siksanya, wajib hukumnya. Karena hal itulah yang menjadi titik pangkal untuk membersihkan hati manusia. Ketakutan akan siksa neraka dan alam akhirat akan melahirkan kebersihan jiwa.
Namun kenyataannya, cerita tentang pedihnya siksa neraka cenderung disembunyikan oleh sebagian besar juru dakwah dengan alasan takut ditolak oleh masyarakat, dengan alasan tidak akan disukai oleh masyarakat. Padahal, memang pada dasarnya tidak ada orang yang suka mendengarkan hal-hal ngeri apalagi disiksa. Jangankan siksa akhirat, cerita tentang penjara di dunia saja, lengkap dengan penyiksaan, pemukulan dan lain sebagainya, sudah cukup membuat bergidik. Itulah watak manusia, apa yang tidak enak memang tidak akan disukai.
Tetapi jangan karena hal itu, ancaman neraka menjadi disembunyikan, sebab ketika dia sadar bahwa azab itu tidak enak, maka hal itulah yang menjadi titik tonggak munculnya rasa takut kepada Allah.
Jangan sampai terjadi perpecahan dengan alasan sama-sama menjalankan Al-Quran. Bila hal ini terjadi, berarti tuduhan orang-orang kafir Quraish benar adanya. Tapi bendera yang harus dikibarkan oleh Kaum Muslim adalah bendera yang dibawa oleh Rasulullah Saw, “wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamiin”.
0 Response to "Manfat Rasa Takut Kepada Allah"
Posting Komentar