Kisah Umar bin Khattab Memeluk Agama Islam

Karakter Jahiliah yang kaum Quraisy jalankan dengan tenang, tanpa ada koreksi dan teguran, ternyata dibabat habis oleh kedatangan Muhammad yang mereka kenal paling jujur di muka bumi, paling halus dan lembut pekertinya, serta paling santun terhadap siapa saja. Bagi Umar, orang yang menyandang sekian banyak titel kemuliaan itu ternyata seorang pembawa bencana dan gangguan bagi mereka. Umar merasa tak pantas berdiam diri saja, ia pun bersumpah untuk membunuh Rasulullah Saw.

Ketika Umar bin Khattab mencapai puncak kemarahannya kepada Rasulullah Saw dan Kaum Muslim, termasuk di antaranya adalah adik perempuannya sendiri, ia bergegas dengan pedang terhunus ditangan mencari Rasulullah Saw, yang ia anggap mengganggu dan membuat masyarakat Makkah terpecah-belah. Yang tadinya tidak seorang pun berani mengatakan bahwa tradisi Jahiliah adalah tradisi terkutuk, tapi setelah kedatangan Rasulullah Saw, suasana yang dianggap telah tenang, damai, dan mapan selama ini, tiba-tiba diubah menjadi sesuatu yang membuat mereka gempar. Bahkan membuat gigi graham mereka gemeretuk menahan amarah.

Api amarah yang diusung oleh Umar dan orang-orang Quraish hanya akan padam bila dibayar oleh melayangnya nyawa Muhammad. Begitulah gelora kebencian mereka kepada nabi yang dianggap sebagai biang segala kekacauan. Padahal mereka mengetahui bahwa Muhammad adalah orang yang jujur. Tidak ada seorang dari bangsa Arab, bahkan dunia sekalipun yang mendapat gelar Al-Amin, kecuali Muhammad Rasulullah Saw. Hal ini membuktikan bahwa ternyata gelar dan pujianpujian yang diberikan oleh Kaum Jahiliah tersebut tidak ada artinya, karena mereka mengingkari penghargaan yang mereka sematkan sendiri.

Tetapi dengan takdir Allah Swt, gejolak dan kemarahan Umar dialihkan dan disalurkan. Dia menuju rumah adik perempuannya yang kala itu sedang belajar Al-Quran.

Dari luar rumah ia mendengar ada suara, yang diantaranya adalah bacaan dari permulaan surat Toha. Kemarahannya ia lampiaskan dengan menempeleng adiknya dan membantik adik iparnya, hingga wajahnya lebam. Tetapi kemarahan Umar itu sertamerta reda karena kesadarannya tergugah ketika ia membaca sendiri catatan kecil yang berisikan beberapa ayat dari surat Toha, yang ia rebut dari adiknya.

Apa sesungguhnya yang terjadi pada sosok Umar yang awalnya begitu anti Islam, berubah total menjadi pembela Islam, menjadi kekayaan Islam yang tiada tandingannya sampai hari kiamat?

Setelah di buka oleh ayat pertama, pada ayat kedua Allah menyatakan, “Wahai lakilaki (Muhammad), Kami turunkan kepadamu Al-Quran bukan untuk membuat kamu celaka hidup di dunia”. Ayat ini menjadi bantahan Allah terhadap kaum Quraish yang berkeyakinan bahwa Muhammad adalah manusia paling celaka, karena dia membawa Al-Quran.

Melalui ayat ini Allah meyakinkan Nabi Saw, bahwa beliau dipilih dan diutus oleh Allah bukan untuk dicelakakan dan bukan pula untuk menerima musibah, sebagaimana anggapan orang-orang Quraish dan Umar yang hendak membunuh beliau. Tetapi ada tujuan mulia, yaitu sebagaimana dinyatakan pada ayat ketiga, “Melainkan Al-Quran ini diturunkan kepada kamu Muhammad supaya kamu menyampaikan peringatan kepada orang yang masih punya takut kepada Allah”.
Ayat di atas berisi penegasan Allah yang sangat jelas, bahwa orang yang bisa diajak untuk mengikuti ajaran Islam hanyalah orang-orang yang masih punya takut kepada Allah.

Rasa takut inilah yang telah mendera batin Umar. Ia tersentuh ayat, bahwa orang yang bisa memahami al-Qur’an adalah orang yang takut kepada Allah. Maka ketika rasa takutnya kepada Allah telah muncul, saat itulah ia melupakan kemarahan dan kejengkelannya. Kesadaran yang datang tiba-tiba itulah yang menyebabkan ia spontan bertanya kepada adiknya, “Dimana Muhammad sekarang?”. Adiknya balik bertanya, “Untuk apa kamu bertanya demikian?, kalau kamu ingin membunuh dia, sebagaimana kamu menganiaya aku, maka lebih kamu bunuh aku daripada kamu menemui Muhammad”.

Mendengar pekataan adiknya, Umar menyanggah, “Tidak, aku tidak akan memusuhinya lagi”. Sehingga adiknya pun memberi tahu, “Dia sedang berada di rumahnya Arqam”.

Mentalitas yang ditunjukkan oleh adik perempuan Umar adalah mentalitas hasil gemblengan al-Qur’an. Lantaran rasa takut yang ia miliki kepada Allah, maka ia merasa lebih baik dirinya yang menjadi korban daripada harus mengorbankan utusan Allah.

Setelah jelas bahwa al-Qur’an bukan untuk menciptakan kesengsaraan, dan tahu bahwa Al-Quran hanya bisa diterima oleh orang-orang yang takut kepada Allah, maka Umar bin Khattab mengikuti jejak Rasulullah dan masuk Islam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Umar bin Khattab Memeluk Agama Islam"

Posting Komentar